TIMES NUNUKAN, SUKABUMI – Sejak awal, Shawa Ayumi Hapsania sudah menjalani hidupnya yang diisi kerja nyata bagi masyarakat luas. Mahasiswi asal Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, itu telah menuntaskan pendidikan S1 di jurusan Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang (UNNES), dan dinobatkan sebagai wisudawan terbaik.
Di usianya yang masih muda 22 tahun, Shawa - begitu ia akrab disapa, membuktikan bahwa ilmu dan kepedulian bisa berjalan seiring untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat.
Berprestasi Lewat Aksi Nyata dan Inovasi
Selama masa kuliah, Shawa mencatat banyak prestasi membanggakan. Ia menjadi pembuat program intervensi SKM Penggerak terinovatif melalui rangkaian program SINERGI DBD yang meliputi TaSiMuk (Tanaman Pengusir Nyamuk) dan SERBUK PSN (Serentak Basmi Nyamuk).
"Program tersebut menjadi upaya konkret dalam pencegahan dan penanganan DBD di masyarakat," kata Shawa dalam wawancara eksklusif bersama TIMES Indonesia, pada Kamis (23/10/2025).
Tak berhenti di situ, Shawa juga menempati peringkat keempat dalam ujian komprehensif se-prodi Kesehatan Masyarakat UNNES.
Ia menjuarai berbagai lomba, mulai dari Juara Harapan I Lomba Film Pendek tingkat nasional hingga Juara 1 Lomba Rancangan Inovasi Teknologi, serta Lomba Video Kreatif oleh KSR PMI Unit UNNES.
"Selain itu, alhamdulillah saya juga aktif mengikuti pelatihan seperti K3, ISO Series, SPSS, dan Basic Fire Training," tutur Shawa yang hobi membaca buku, menonton film, dan membuat kerajinan tangan sederhana sembari tersenyum manis.
Aktif Berorganisasi dan Terjun ke Lapangan
Kecintaannya pada dunia sosial dan kesehatan terlihat dari aktivitas organisasinya. Ia pernah menjadi Pengurus Bidang Pembinaan dan Pengembangan di KSR PMI Unit UNNES, anggota Divisi Advokasi ISMKMI, hingga panitia berbagai kegiatan edukasi kesehatan.
Momen Shawa Ayumi Hapsania bersama keluarga di acara Wisuda UNNES 2025. (FOTO: Shawa for TIMES Indonesia)
alam dunia kerja, Shawa menjalani magang di Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, berperan dalam surveilans penyakit, sosialisasi TBC, hingga penyusunan program pencegahan DBD di sekolah dan masyarakat.
Ia juga pernah menjadi fasilitator Palang Merah Remaja di SMKN 4 Semarang.
Kesehatan dan Pemberdayaan sebagai Misi Hidup
Menurut Shawa, kesehatan masyarakat bukan sekadar soal angka, melainkan tentang manusia dan kepedulian.
“Dengan terjun langsung, kita bisa memahami akar masalah dan menciptakan perubahan lewat edukasi dan pemberdayaan,” ujarnya.
Lebih lanjut dia yakin dan percaya, pemberdayaan masyarakat adalah kunci keberlanjutan program kesehatan, karena ketika masyarakat diberdayakan, mereka menjadi mandiri menjaga kesehatannya sendiri.
Harapan untuk Masa Depan dan Generasi Muda
Didukung penuh oleh orang tua, kampus, dan lingkungan organisasi, Shawa ingin terus berkontribusi di bidang kesehatan, terutama dalam pencegahan penyakit dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
“Saya ingin ilmu ini tidak berhenti di meja kuliah, tapi benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” tutur pemilik akun media sosial Instagram @_shawayu.mi dengan nada penuh percaya diri.
Kepada generasi muda, Shawa berpesan agar tidak takut memulai dari hal-hal terkecil. “Perubahan besar itu lahir dari langkah sederhana yang dilakukan dengan niat tulus,” imbuhnya menjabarkan.
Dalam hal ini lebih jauh dirinya menegaskan bahwa keberhasilan sejati bukan diukur dari seberapa tinggi seseorang itu naik, melainkan seberapa banyak kebaikan yang telah ditinggalkan bagi sesama manusia. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Raih Wisudawan Terbaik UNNES, Shawa Ayumi Tumbuhkan Kesadaran Lewat Kesehatan
Pewarta | : Wandi Ruswannur |
Editor | : Ronny Wicaksono |