TIMES NUNUKAN, YOGYAKARTA – Memasuki musim penghujan yang mulai mengguyur setiap hari sejak awal Oktober, Pemerintah Kota Yogyakarta mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi cuaca ekstrem.
Tak hanya banjir, risiko lain seperti pohon tumbang, atap rumah roboh, hingga genangan air di sejumlah titik juga perlu diwaspadai.
Sebagai bentuk keseriusan menghadapi kondisi tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta menyiagakan personelnya selama 24 jam penuh guna memantau kondisi sungai dan lingkungan yang berpotensi terdampak bencana.
Selain itu, Pemkot juga menggelar Apel Siaga dan Deklarasi “Jogja Menuju Tangguh Bencana” pada 30 Oktober 2025 sebagai momentum memperkuat kesiapsiagaan lintas sektor.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta, Nur Hidayat menuturkan bahwa cuaca ekstrem kini menjadi tantangan yang harus dihadapi bersama oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dalam beberapa pekan terakhir, hujan dengan intensitas fluktuatif kerap terjadi setiap hari, bahkan beberapa kali turun deras dalam waktu singkat.
“Mulai bulan Oktober ini hampir setiap hari hujan, kadang deras, kadang hanya rintik. Karena itu, kami mengimbau masyarakat agar tetap konsisten menjaga kesiapsiagaan,” ujar Nur Hidayat saat Apel Siaga dan Deklarasi Jogja Tangguh Bencana, Kamis (30/10/2025).
Menurutnya, langkah sederhana seperti kerja bakti membersihkan selokan, saluran air, dan memangkas pohon lapuk dapat mencegah berbagai risiko bencana yang kerap muncul di wilayah perkotaan saat musim hujan tiba.
Kolaborasi Pemerintah dan Warga, Kunci Cegah Banjir
Nur Hidayat juga mengapresiasi berbagai inisiatif Pemkot Yogyakarta, termasuk kegiatan “bersih-bersih kali” dan program bedah rumah yang gencar dilakukan di berbagai wilayah.
Menurutnya, dua program tersebut berperan besar dalam meminimalkan risiko bencana akibat cuaca ekstrem.
“Kegiatan Pak Wali sudah membantu tugas kami. Pembersihan kali itu mencegah banjir, dan bedah rumah membuat warga lebih aman dari risiko bangunan roboh,” ungkapnya.
BPBD Yogyakarta pun terus memantau debit air sungai secara real-time melalui alat telemetri yang dipasang di Sungai Gajah Wong, Code, dan Winongo, serta di wilayah hulu Sungai Ngentak Sleman.
“Kalau ketinggian air di hulu sudah mencapai dua meter dan hujan turun di kota, biasanya potensi banjir muncul. Sirine peringatan dini akan otomatis berbunyi, dan informasi langsung kami sebar ke masyarakat,” jelasnya.
Belum Status Siaga, Kewaspadaan Tetap Maksimal
Meski hujan terus mengguyur setiap hari, Pemkot Yogyakarta belum menetapkan status siaga darurat bencana. Nur Hidayat menyebut, pihaknya masih mengkaji dan berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengenai kebutuhan penetapan status tersebut.
“Kondisi saat ini masih bisa diantisipasi. Namun kami tetap menekankan kesiapsiagaan diri bagi seluruh warga. Kenali risiko di sekitar kita dan selalu jaga keselamatan jiwa,” tegasnya.
Selain himbauan, BPBD juga telah mengirimkan surat edaran ke seluruh Kampung Tangguh Bencana (KTB) agar memperkuat sistem kesiapsiagaan lokal di tingkat kampung.
Puncak dari upaya kesiapsiagaan ini akan diwujudkan dalam Deklarasi Jogja Menuju Tangguh Bencana yang akan digelar Rabu, 30 Oktober 2025. Acara ini melibatkan unsur pentahelix — pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media — untuk membangun sinergi yang lebih kuat dalam pengurangan risiko bencana.
“Deklarasi ini menjadi simbol bahwa ketangguhan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi tanggung jawab kita bersama,” tegas Nur Hidayat.
Semua Kampung Sudah Punya KTB
Sementara itu, Ketua Forum Tangguh Bencana Kota Yogyakarta Tri Handoko menyebut bahwa hingga kini sudah terbentuk 169 Kampung Tangguh Bencana (KTB) di seluruh wilayah Kota Yogyakarta.
Setiap KTB memiliki sekitar 30 personel aktif yang telah mendapatkan pelatihan lengkap mulai dari penyelamatan dasar, logistik, komunikasi radio, hingga simulasi penanganan bencana.
“Setiap kampung sudah punya simulasi bencana sendiri. Siapa melakukan apa, sudah disiapkan sesuai potensi ancaman di wilayah masing-masing,” ungkap Handoko.
Ia menambahkan, Forum Tangguh Bencana akan turut mendukung kegiatan apel siaga dan deklarasi, serta terus berkoordinasi dengan BPBD dalam menjalankan strategi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di tingkat lokal.
Menghadapi ketidakpastian cuaca yang makin ekstrem, semangat gotong royong dan kesadaran dini menjadi benteng utama bagi warga Yogyakarta.
Pemerintah menegaskan bahwa ketangguhan bukan hanya soal kesiapan alat atau status siaga, tetapi tentang solidaritas sosial dan partisipasi warga dalam menjaga lingkungannya.
“Jogja bisa tangguh kalau semua warganya tangguh,” terang Nur Hidayat. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Siaga Cuaca Ekstrem: BPBD Yogyakarta Pantau Sungai 24 Jam, Warga Diminta Waspada
| Pewarta | : Soni Haryono |
| Editor | : Ronny Wicaksono |